Tuesday 17 December 2013

MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas yang berpotensi, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sendiri sehingga didalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah,beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Namun kenyataanya masih banyak belum mencapai hasil yang memuaskan. Untuk pencapaian tujuan tersebut, diharapkan tiap-tiap sekolah berusaha meningkatkan kualitas sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk meningkatkan pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama disekolah. Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan salah satu tokoh penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Selama ini kegiatan belajar mengajar yang dilakukan hanya terfokus pada guru. Pembelajaran seperti ini menjadikan guru yang dominan sedangkan siswa vakum, guru aktif sedangkan siswa pasif. Bagi siswa, ini menjadi ruang gerak yang terbatas, siswa hanya terbiasa mendengar, mencatat kemudian menghapal tanpa keinginan untuk memahami yang menyababkan siswa kurang kreatif dalam belajar.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA adalah Fisika. Fisika merupakan pelajaran yang cukup rumit, yang membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang rasional. Jika ketika guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka siswa cenderung pasif dan tidak memiliki minat untuk belajar, akibatnya siswa lebih banyak menunggu sajian yang diberikan guru. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar cepat selesai. Masalah lain yang timbul adalah, adakalanya banyak siswa mampu menyajikan tingkatan hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya sama sekali. Mereka tidak tahu untuk apa mereka belajar fisika.
Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah model pembelajaran fisika kurang bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus, memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Hal inilah yang membuat siswa kurang senang belajar fisika, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil belajar fisika. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama, saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan, serta berusaha mengkaji dan menguasai materi pelajaran fisika sehingga meningkatkan hasil belajar fisika. Salah satu pembenahan dalam proses belajar mengajar fisika yang dapat dilakukan adalah penerapan pembelajaran yang kreatif dan kolaboratif dalam pembelajaran fisika, sehingga siswa mudah memahami dan menguasai konsep fisika dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan cara mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pada kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas lebih dalam mengenahi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan akan mempraktekkan dalam kelas.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini  adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Number Head Together?
2.      Bagaimana langkah-langkah model pembelajarn Number Head Together?
3.      Apa kelebihan dari model pembelajaran Number Head Together?
4.      Apa kelemahan dari model pembelajaran Number Head Together?

C.     TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Utuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar.
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran Number Head Together.
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Number Head Together.
4.      Untuk mengetahui kelebihan dari model pembelajaran Number Head Together.
5.      Untuk mengetahui kelemahan dari model pembelajaran Number head together.

D.    MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Dapat mengetahui model pembelajaran Number Head Together.
2.      Dapat mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Number Head Together.
3.      Dapat mengetahui kelebihan model pembelajaran Number Head Together.
4.      Dapat mengetahui kelemahan model pembelajaran Number head together.
5.      Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
6.      Dapat meningkatkan keaktifan siswa.

E.     METODE
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Penelitian Kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dengan membaca buku-buku acuan dan materi yang didapat selama kuliah maupun sumber-sumber lain yang mempunyai relevansi dengan materi yang dibahas.









BAB II
MATERI

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan perkembangan teknologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Sudjana (1996:2) mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan.
Dari beberapa definisi tentang belajar seperti yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sifatnya relatif permanen. Dengan demikian, perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu disertai usaha, sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Misalnya setelah belajar fisika siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan fisika, di mana sebelumnya tidak mampu melakukannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007:7). Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Bern dan Erickson (2001 : 5) mengemukakan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut ( Depdiknas, 2003: 5 ) cooperative learning (pembelajaran kooperatif ) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terdapat empat hal penting dalam strategi pemebelajaran kooperatif  yang telah ditetapkan yaitu :
1.      Adanya peserta didik dalam kelompok.
2.      Adanya aturan main
3.      Adanya upaya belajar dalam kelompok
4.      Tatap muka
5.      Evaluasi proses kelompok
Dalam model pembelajaran kooperatif ini guru berpesan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubungan ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus juga membangun dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide meraka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif learning memiliki kelebihan dan kekuarangan yaitu:
1. Keunngulan:
a.       Kooperatif learning mengajar siswa untuk lebih percaya dengan kemampuan berfikir dirinya, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.
b.      Kooperatif learning mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pemikiran dari siswa lain.
c.       Kooperatif learning membantu siswa untuk belajar mengghormati kelebihan serta kekurangan satu dengan lainnya dan menerima perbedaan tersebut.
d.      Bekerja dalam kelompok Kooperatif learning membantu memberikan kuasa pada siswa untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar untuk pembelajaran dirinya dan untuk pembelajaran siswa lainnya.
2.   Kelemahan:
a.       Keistimewaan yang paling mendasar dari Kooperatif learning adalah siswa belajar dari satu ke yang lainnya. Kecuali “mengajar teman sebaya” ini efektif, siswa bisa saja belajar kurang dari yang akan mereka terima langsung dari instruksi guru.
b.      Persepsi (daya memahami) siswa terhadap kemampuan dan kebersamaan penempatan anggota kelompok dapat mempengaruhi fungsi dari kerja sama kelompok.
c.       Walaupun kerja sama adalah kemampuan yang sangat penting untuk siswa, banyak aktivitas sehari-hari berdasarkan usaha sendiri (individu).
d.      Untuk mencapai sukses, Kooperatif learning seharusnya digunakan dalam waktu panjang sehingga siswa mengembangkan kebutuhan saling ketergantungan dalam kelompok. Ini bukan strategi yang dapat kita gunakan dengan sukses hanya sekali waktu.









BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengetian  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Numbered Head Together
(NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti  (Ibrahim dkk, 2000:28). Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.      Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.      Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3.      Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut Slavin dalam Isjoni (2010:15) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.
Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006).
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif. Menurut Spenser Kagan dalam Trianto (2009:82) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Selanjutnya Kagan Spenser dalam Anita Lie (2008:59) menyatakan teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

B.     Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together.
Adapun langkah dalam pembelajan Number Head Together  yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000:28). dengan tiga langkah yaitu :
1.      Pembentukan kelompok
2.      Diskusi masalah
3.      Tukar jawaban antar kelompok.
            Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut :                                                                                                                         
1.      Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2.      Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-6 dan diberi nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3.      Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4.      Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5.      Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6.      Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

C.     Kelebihan Model Pembelajaran Number Head Together
            Ada beberapa kelebihan pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18) antara lain adalah :
1.      Siswa lebih aktif, kreatif terhadap proses belajarnya.
2.      Melibatkan semua siswa sehingga tanggung jawab individu dalam kelompok meningkat.
3.      Siswa siap semua untuk menjawab pertanyaan dari guru sehingga setiap siswa berusaha memperdalam dan memahami materi.
4.      Siswa pandai dapat menjelaskan/ mengajari siswa yang kurang pandai.
5.      Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.
6.      Meminimalisir kegaduhan dikelas.
7.      Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa
8.      Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
9.      Konflik antara pribadi berkurang.
10.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, memberi kesempatan kepada
Siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
11.  Hasil belajar lebih tinggi.

D.    Kelemahan Model Pembelajaran Number Head Together
1.      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.      kemungkinan nomor yang sama dapat terpanggil kembali.
3.      Memerlukan kekreatifan guru sehingga membutuhkan guru yang mampu berkomunikasi dengan baik.














BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapt disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama disekolah. Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan salah satu tokoh penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil belajar fisika. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Numbered Head Together
(NHT) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen.
Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guruTujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.

B.     SARAN
Dari kesimpulan diatas dapat disarankan :
1.      Guru harus kreatif memilih materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number head together, karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan meodel pembelajaran Number Head Together.
2.      Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Selain itu semoga model pembelajaran Number Head Together dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhuinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni dan Ismail, M. A., 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Slavin, R. E., 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Allynd Bacon,
Boston, Nusa Media, Bandung


No comments:

Post a Comment